Dua Wawacan Sunda yang menarik, Maesa Jaladri dan Mastuhu, kini dapat diakses melalui Koleksi Snouck Hurgronje no. 20 di Perpustakaan Universitas Leiden. Wawacan MaƩs(a) Jaladri mengisahkan Maesa Jaladri, putra seorang penghulu di Mesir, yang berkelana hingga menjadi raja Karangkancana. Sayangnya, naskah ini tidak lengkap meski diperkirakan hampir selesai. Sementara itu, Wawacan Mastuhu menceritakan Mastuhu, seorang anak janda miskin dari Bagdad, yang setelah melalui berbagai petualangan, tiba di kota Bahrul Padang, menikahi putri raja, dan akhirnya menggantikan tahta. Naskah ini tertanggal 1908 Masehi. Manuskrip berukuran polio ini terdiri dari 291, 148, dan 143 halaman, ditulis dalam huruf Arab dengan bahasa Sunda, dan berbentuk puisi (tembang). Naskah ini diperoleh dari Haji Hasan Mustapa sebagai pinjaman.
Sumber: Ekadjati, Edi S. (1988). Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.