Halaman

Pengurus Yayasan Rumah Naskah Nusantara

Rumah Naskah memiliki visi "Memelihara, Melestarikan, Meneliti, dan Memanfaatkan Naskah-naskah Nusantara". Visi tersebut diarahkan untuk mewujudkan sebuah misi, yakni: "Menjaga masa lalu untuk mencerahkan masa depan". Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka dibentuklah kepengurusan sebagai berikut.


Dewan Penasehat

Dr. Undang Ahmad Darsa, M.Hum.

Dewan Pengawas
Dr. Munawar Holil, M.Hum.

Dewan Pembina
Mamat Ruhimat, M.Hum.

PENGURUS HARIAN

Ketua
Gunari Putra Erisman, M.Hum.

Sekretaris
Ahmad Rizky Fauzi, S.Kom.

Bendahara
Tendi Nugraha, S.Pd.

Program
Eggy Aditiar, S.Pd.

Kajian dan Riset
Riki Nawawi, M.Hum.

Preservasi
Nu’man Yazid, S.H.

Humas
Yoga Yustian

Publikasi dan Dokumentasi
Tata Tarmana

Inventaris & Arsip
Moch. Idwar Fauzan

Dana & Kerjasama
Wini Fitriani, S.S.

Pengembangan Bahan Naskah
Kardono

Informasi Lainnya


Édi S. Ékajati: Gurubesar dan Filolog yang Mengabdikan Hidup untuk Budaya Sunda

Édi S. Ékajati adalah seorang akademisi dan peneliti yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Sunda. Karya-karyanya mencakup berbagai buku, penelitian, serta kontribusi penting dalam pengembangan studi Sunda di Indonesia.

Undang Ahmad Darsa: Pelestari Kearifan Lokal melalui Filologi Sunda

Undang Ahmad Darsa adalah filolog yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti dan melestarikan naskah-naskah Sunda kuno. Karyanya mencakup transkripsi, terjemahan, dan digitalisasi naskah, serta upaya mengangkat nilai-nilai local genius dalam budaya Sunda.

Aca (Atja): Pelopor Kajian Naskah Sunda Kuna dan Sejarah Sunda

Aca (Atja), lahir di Sumedang pada tahun 1929, merupakan tokoh penting dalam studi bahasa dan naskah Sunda Kuna. Ia dikenal sebagai Kepala Museum Jawa Barat pertama dan memiliki kontribusi besar dalam mengkaji naskah-naskah kuno, termasuk Naskah Wangsakerta yang kontroversial.

Workshop Pembuatan Kertas Daluang

Daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara. Terutama pada masa Pra-Islam. Pada zaman dulu, daluang merupakan bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan. Dalam masyarakat Sunda, daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon saeh.

Yayasan Rumah Naskah Nusantara mengadakan Kegiatan “Ngaguar Naskah” (Bedah Naskah)

Kegiatan bedah naskah ini merupakan salah satu upaya penyebarluasan informasi, pengkajian, pemeliharaan serta pelestarian naskah kuno. Dengan kegiatan ini, diharapkan seluruh informasi, baik berupa ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam naskah kuno dapat ditransformasikan dengan baik kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Program-program Rumah Naskah Nusantara

Program-program Rumah Naskah mencerminkan upaya-upaya pemajuan segala aspek yang terkait dengan pernaskahan Nusantara, baik dari sisi akademis, preservasi naskah sebagai benda budaya, maupun memastikan masyarakat pemilik kebudayaan naskah semakin sadar akan pentingnya warisan leluhur ini.