Manuskrip Wawacan Sumpena mengisahkan perjalanan hidup Raden Kanagan dan Raden Sumpena, putra Ratna Ningsih, yang penuh liku dan tantangan. Mereka terlibat dalam berbagai pertempuran, termasuk antara pasukan Gersikmaya dan Kawistana, akibat perebutan Nyi Sekar Arum. Hingga akhirnya, Kanagan dan Sumpena menjadi Raja di negeri Yogyapala. Naskah ini merefleksikan masa transisi budaya dari pengaruh Hindu ke Islam, di mana banyak tokoh beralih agama setelah kalah perang. Manuskrip berbahasa Sunda dan beraksara Pegon ini berbentuk puisi wawacan, terdiri dari 202 halaman. Ditulis pada tahun 1914 di Pangalengan, Bandung oleh Bapak Kahdi dari Kp. Tarajusari. Saat ini, naskah ini disimpan di EFEO Bandung. Kondisi fisik naskah menunjukkan kertas yang kekuningan dan sedikit kotor, penjilidan longgar, serta beberapa halaman hilang. Naskah ini memiliki 67 pupuh dengan tinta berwarna biru.
Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.