Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Pedang Kamkam

Lalakon Pedang Kamkam: Kisah Pedang Sakti di Tanah Nusantara

Naskah Lalakon Pedang Kamkam merupakan bagian dari siklus Amir Hamzah, menceritakan tentang perebutan Pedang Kamkam milik Sukarasa di Nusantara. Umarmaya diutus oleh Amir Hamzah untuk meminta pedang tersebut, namun Rara Dewi dan Nyi Putri Maespati menolak, menyebabkan pertempuran yang dimenangkan utusan Amir Hamzah berkat bantuan Ganggamina dan Ganggapati, yang kemudian menikahi kedua putri tersebut. Manuskrip ini ditulis dalam bahasa Sunda menggunakan aksara Pegon, berbentuk puisi wawacan setebal 180 halaman. Naskah ini diperkirakan berasal dari abad ke-19 di Bandung, didapatkan dari Bapak Somamihardja di Kp. Ciwalen, Desa Panyirapan, Kec. Soreang, Kab. Bandung, dan kini disimpan di EFEO Bandung. Kondisi fisik naskah menunjukkan kertas yang kecoklatan dan bernoda akibat lembab, penjilidan longgar, namun teks masih utuh. Teks terdiri dari 27 pupuh, diawali Asmarandana dan diakhiri dengan kalimat permohonan maaf atas tulisan yang kurang baik. Ukuran sampul dan halaman naskah adalah 21,5 x 16,5 cm, dengan ukuran tulisan 18,5 x 13 cm. Tinta yang digunakan berwarna hitam, namun sebagian memudar. Penomoran halaman ditambahkan kemudian.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Suryaningrat: Kisah Pengembaraan dan Kesetiaan dalam Wawacan Sunda

Telusuri kisah epik Suryaningrat, sebuah manuskrip wawacan berbahasa Sunda yang ditulis dalam aksara Pegon. Naskah ini mengisahkan tentang pengembaraan Ningrum Kusumah dan perjuangannya merebut kembali kebahagiaan setelah difitnah dan diusir dari kerajaan. Sebuah cerita tentang kesetiaan, keberanian, dan kekuatan cinta yang diuji.

Kisah Tragis Adipati Ukur: Antara Mataram dan Kumpeni

Telusuri kisah heroik sekaligus tragis Adipati Ukur, seorang tokoh penting yang diangkat menjadi Wedana Umbul 44 oleh Susuhunan Mataram. Naskah ini mengungkap pengkhianatan, pemberontakan, dan konsekuensi fatal yang dihadapi Adipati Ukur akibat intrik kekuasaan antara Mataram dan Kumpeni (VOC). Mari selami lebih dalam lembaran sejarah yang terukir dalam manuskrip kuno ini.

Menelusuri Tuntunan Shalat: Warisan Naskah Sunda Abad ke-20

Temukan panduan lengkap shalat dalam manuskrip kuno "Tuntunan Shalat". Naskah ini, ditulis dalam bahasa Sunda dan Arab dengan aksara Pegon, menyajikan tuntunan rukun shalat lima waktu dan shalat sunat, lengkap dengan bacaan, doa qunut, dan doa setelah shalat. Sebuah warisan berharga yang memberikan wawasan tentang praktik keagamaan di masa lalu.

Munding Liman: Kisah Raja Kawung Gading dan Dua Permaisuri

Manuskrip Sunda berjudul Munding Liman mengisahkan tentang raja Kawung Gading bernama Purba Mantri Menak Pelog Pajajaran yang memiliki dua permaisuri. Teks ini, meskipun tokoh-tokohnya berasal dari masa pra-Islam, telah dilegitimasi secara Islam.

Wawacan Paras Adam: Kisah Tasawuf dalam Syair Sunda

Manuskrip Wawacan Paras Adam adalah sebuah karya sastra Sunda berbentuk puisi wawacan yang berisi uraian ajaran tasawuf. Naskah ini membahas konsep-konsep penting seperti syariat, tarekat, hakikat, makrifat, dan lainnya melalui simbol-simbol tertentu. Mari kita selami lebih dalam mengenai naskah ini.

Untaian Doa dan Ilmu: Jejak Spiritual dalam Manuskrip Cicalengka

Selami kedalaman spiritualitas Islam melalui manuskrip kuno "Catatan Do'a, Ilmu Agama, dan Mistik". Naskah ini menghimpun do'a-do'a, ajaran teologi, hingga praktik mistik yang diwariskan dari Cicalengka. Temukan keragaman bahasa dan budaya yang terjalin dalam setiap halaman.

Kidung Ruwatan: Warisan Cirebon Tentang Penolak Bala dan Primbon

Manuskrip kuno ini menghadirkan kekayaan budaya Cirebon melalui kidung-kidung yang berfungsi sebagai penolak bala dan sarana penyembuhan. Selain itu, naskah ini juga memuat primbon, kumpulan pengetahuan tradisional yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Mari selami lebih dalam isi dan asal-usul manuskrip yang memukau ini.

Menjelajahi 'Tuntunan Shalat': Warisan Naskah Pegon Abad ke-19 dari Pangalengan

Naskah 'Tuntunan Shalat' ini mengungkap khazanah pengetahuan agama dari abad ke-19. Ditulis dalam aksara Pegon menggunakan bahasa Sunda dan Jawa, naskah ini bukan hanya panduan shalat, tetapi juga cerminan praktik keagamaan masyarakat Pangalengan, Bandung pada masa itu. Mari selami lebih dalam isi dan detail metadata naskah berharga ini.