
Naskah ini mengisahkan tentang Rara Mendut yang menolak lamaran Raja Mataram karena telah memiliki tambatan hati. Penolakan ini memicu ketegangan di Kerajaan Mataram, bahkan menyebabkan Rara Mendut kehilangan suaminya akibat tindakan Sunan Mataram. Setelah melahirkan seorang putri, Rara Mendut akhirnya bersatu kembali dengan suaminya yang telah meninggal, yang kemudian menjadi Raja Mataram. Naskah ini merupakan puisi wawacan berbahasa Sunda dengan aksara Pegon, terdiri dari 185 halaman. Ditulis di atas kertas lokal, dengan ukuran him. 21 x 16,5 cm dan ukuran tulisan 17,5 x 14 cm. Naskah ini memiliki 29 pupuh, diawali dengan pupuh Asmarandana dan diakhiri dengan kalimat yang menandakan harapan akan darajat dan rezeki. Kondisi fisik naskah menunjukkan tanda-tanda usia, seperti kertas kecoklatan, robek, dan bekas percikan air. Manuskrip ini disalin pada 26 Januari 1914 M atau 28 Rabiulawal 1332 H di Pangalengan, Bandung. Naskah ini berasal dari Bapak Sumama dari Kp. Cangkuang, Kabupaten Garut, dan saat ini disimpan di EFEO Bandung.
Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.