Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Golek Kancana

Wawacan Panji Sumirat: Kisah Cinta dan Penyamaran di Tanah Sunda

Wawacan Panji Sumirat mengisahkan intrik dan asmara di kerajaan Daha, Kuripan, Mataram, dan Gegelang. Sekartaji, istri Raja Daha, melahirkan Dewi Galuh Candrakirana, yang kemudian dilamar oleh Raden Panji Asmaraningrat (Inu Kertapati). Iri hati Galuh Ajeung, saudara tirinya, memicu serangkaian peristiwa tragis. Candrakirana terpaksa meninggalkan istana dan menyamar sebagai laki-laki bernama Panji Sumirat Asmarantaka. Persahabatan terjalin dengan Inu Kertapati yang kemudian menikahi Galuh Ajeung karena mengira Candrakirana menghilang. Kisah berlanjut dengan penyamaran Inu Kertapati sebagai Kalana Panji. Naskah ini ditulis dalam bahasa Sunda beraksara Pegon, berbentuk puisi wawacan, dan terdiri dari 274 halaman. Ditulis sekitar abad ke-20 di Banjaran, Bandung, dan berasal dari Bapak Rosidi di Ciapus, Pangalengan. Naskah ini disimpan di EFEO Bandung. Kondisi fisik naskah menunjukkan usianya, dengan kertas kusam, berlubang, robek, dan beberapa bagian tulisan kurang jelas. Teks terdiri dari 55 pupuh, dan penomoran halaman dimulai dari nomor 7-174. Menariknya, teks ini memperlihatkan pengaruh Islam dalam penokohan dan alur cerita, menandakan proses islamisasi di Nusantara.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Mengungkap Pustaka Dwipantara: Warisan Cirebon yang Terlestarikan

Telusuri Pustaka Dwipantara, seri terakhir dari sepuluh naskah kuno yang memuat sejarah berdirinya Kerajaan Islam Demak di tengah kemunduran Wilwatika. Manuskrip ini ditulis dalam bahasa Jawa Cirebon dengan aksara Cacarakan. Naskah ini ditemukan kembali di Jawa Timur pada tahun 1987 dan telah diperbaiki.

Patarekan: Intisari Ajaran Islam dan Tarekat dari Cirebon Abad ke-18

Telusuri manuskrip Patarekan, sebuah naskah kuno dari Cirebon yang mengungkap ajaran Islam dan tarekat. Ditulis dalam bahasa Jawa Cirebon menggunakan aksara Cacarakan, naskah ini menawarkan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep keagamaan yang relevan di abad ke-18.

Wasiat Bupati: Pesan dari Sukapura untuk Pamijahan

Temukan wasiat kuno dari Bupati Sukapura yang ditujukan kepada Kuncen Pamijahan. Manuskrip ini mengungkap pesan penting tentang pelestarian dan penghormatan terhadap Makam Keramat Sekh Abdul Muhyi Waliyulloh. Sebuah warisan berharga dari abad ke-18 yang tersimpan di EFEO Bandung.

Menelusuri Ringkasan Sejarah Talaga: Warisan Budaya Majalengka

Naskah "Ringkasan Sejarah Talaga" adalah sebuah catatan penting dalam melestarikan warisan budaya Talaga, Majalengka. Ditulis dalam bahasa Sunda menggunakan aksara Latin, naskah ini merangkum peristiwa-peristiwa penting dari masa lalu Talaga. Mari kita selami lebih dalam isi dan detail naskah ini.

Layang Gandaresmi: Kisah Suluk dari Ciwidey Abad ke-19

Temukan pesona naskah kuno Layang Gandaresmi, sebuah puisi wawacan berbahasa Sunda yang ditulis dalam aksara Pegon. Manuskrip ini mengungkap kisah suluk yang memikat dari abad ke-19. Simak detail fisik naskah, asal-usulnya, dan cuplikan isinya yang penuh makna.

Menjelajahi Pelajaran Agama Islam (Tauhid): Manuskrip Arab-Sunda dari Bandung

Temukan esensi tauhid dalam manuskrip kuno 'Pelajaran Agama Islam (Tauhid)'. Ditulis dalam bahasa Arab dan Sunda dengan aksara Arab dan Pegon, naskah ini mengungkap sifat-sifat Allah, tata cara berdoa, dan ayat-ayat Al-Qur'an tentang keesaan-Nya. Sebuah warisan intelektual dari Bandung tahun 1934.

Wawacan Samaun: Kisah Heroik dari Ciwidey

Telusuri kisah kepahlawanan Ki Samaun dalam manuskrip Wawacan Samaun, sebuah puisi wawacan berbahasa Sunda beraksara Pegon. Naskah ini mengisahkan peran penting Ki Samaun dalam membantu Gandasari dan Gandawerdaya mencapai kemuliaan. Manuskrip yang disalin pada tahun 1916 di Ciwidey, Bandung ini menawarkan wawasan menarik tentang historiografi Islam.

Wawacan Ahmad Muhamad: Kisah Dua Putra Bental Jemur dalam Balutan Pupuh Sunda

Telusuri kisah epik Ahmad dan Muhamad, dua putra Bental Jemur dari negeri Sam, yang penuh lika-liku dan intrik kerajaan. Warisan tahta yang tertunda, pengkhianatan paman, hingga pengembaraan penuh bahaya mewarnai perjalanan hidup mereka. Simak narasi lengkapnya dalam Wawacan yang ditulis dalam bahasa Sunda dan aksara Pegon ini.