Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Munding Liman

Munding Liman: Kisah Raja Kawung Gading dan Dua Permaisuri

Naskah ini menceritakan kisah raja Kawung Gading, Purba Mantri Menak Pelog Pajajaran, yang memiliki dua permaisuri bernama Gilang Gading dan Gilang Kancana, yang bersaudara dengan Patih Munding Liman dan Munding Wangi. Manuskrip berjudul utama MUNDING LIMAN ini ditulis dalam bahasa Sunda menggunakan aksara Latin dan berbentuk prosa. Naskah setebal 45 halaman ini ditulis di atas kertas lokal dengan tinta hitam. Kondisi fisik naskah masih baik meskipun kertasnya mulai kekuningan dan penjilidannya longgar. Naskah ini disalin oleh Suhiya pada tanggal 20 Desember 1964 di Lamajang, Bandung. Naskah ini berasal dari Kp. Rantaya, Desa dan Kec. Lamajang, Kab. Bandung dan kini tersimpan di EFEO Bandung. Judul dalam teks tertulis Carita Munding Limah, sedangkan pada sampul tertulis Pantun Munding Limah. Ukuran sampul naskah adalah 21 x 16,2 cm, halaman 21 x 16 cm, dan tulisan 18,5 x 14,5 cm. Sebagian sinopsis cerita terdapat pada halaman 44-45.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Suryaningrat-Ningrum Kusumah: Kisah Cinta Dua Dunia dari Cianjur

Naskah Suryaningrat-Ningrum Kusumah adalah seri ke-3 dari wawacan Suryaningrat, mengisahkan cinta antara tokoh dari Arab dan Nusantara, menghasilkan Suryakanta. Manuskrip ini ditulis dalam bahasa Sunda, aksara Pegon, dan berbentuk puisi wawacan. Diperkirakan berasal dari awal abad ke-20 di daerah Jampang, Cianjur.

Kisah Tujuh Pengantin Nabi dalam Wawacan Panganten Tujuh

Telusuri kisah indah tujuh istri para nabi dalam manuskrip kuno Lalakon Panganten Tujuh. Naskah ini memuat cerita Hawa hingga Fatimah, yang disadur dalam bentuk puisi wciwaccin berbahasa Sunda Aksara Pegon. Simak detail metadata dan narasi lengkapnya di sini!

Menelisik Kitab Shalat: Tuntunan Spiritual dari Pangalengan Abad ke-20

Temukan kebijaksanaan tersembunyi dalam Kitab Shalat, sebuah manuskrip Sunda beraksara Pegon yang berasal dari Pangalengan, Bandung. Naskah ini mengungkap hakikat shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, serta membahas kedudukan dzat dan nafsu dalam perjalanan spiritual manusia.

Mengungkap Kejayaan Masa Lalu: Narasi dari Pustaka Dwipantara

Telusuri jejak sejarah Nusantara melalui Pustaka Dwipantara, sebuah manuskrip kuno yang mengungkap gambaran perniagaan antar negeri di kepulauan Dwipantara hingga kemunduran Kerajaan Wilwatikta. Naskah ini menawarkan perspektif unik tentang masa lalu, ditulis dalam bahasa Jawa Cirebon dengan aksara Cacarakan.

Kisah Nabi Yusuf dalam Carita: Manuskrip Jawa-Sunda Abad ke-18

Telusuri kisah Nabi Yusuf yang memukau dalam manuskrip kuno Carita Nabi Yusuf. Ditulis dalam bahasa Jawa dan Sunda menggunakan aksara Pegon, manuskrip ini menawarkan perspektif unik tentang perjalanan hidup sang nabi. Mari kita selami lebih dalam detail dan cerita di balik naskah berusia ratusan tahun ini.

Suluk Wulung Aya dan Wulangreh: Untaian Mistisme Islam dari Cirebon

Telusuri kedalaman spiritualitas Islam melalui manuskrip kuno Suluk Wulung Aya dan Wulangreh. Naskah ini, ditulis dalam bahasa Jawa Cirebon dan aksara Cacarakan, menawarkan wawasan mistis tentang konsep ketauhidan. Mari kita selami lebih dalam warisan intelektual dari Keraton Kasepuhan Cirebon.

Mengungkap Hakekat Ilmu Rasa: Manuskrip Tasawuf Abad ke-19 dari Bandung

Telusuri ajaran tasawuf dalam manuskrip kuno 'Hakekat Ilmu Rasa'. Naskah abad ke-19 ini, ditulis dalam bahasa Sunda dan Jawa menggunakan aksara Pegon, mengungkap tata cara memahami eksistensi Dzat Allah dan Nur Muhammad melalui rukun Islam dan rukun Iman.

Pangajaran Agama: Syair Sunda Abad ke-20 tentang Syariat dan Tasawuf

Temukan kearifan lokal dalam manuskrip Pangajaran Agama, sebuah karya sastra Sunda abad ke-20 yang memadukan ajaran syariat Islam dan tasawuf. Naskah ini menawarkan pemahaman mendalam tentang Rukun Islam, kejadian alam, serta kisah-kisah penuh makna seperti riwayat Abdul Mutolib dan Abdullah.