Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Mujarobat

Mujarobat: Warisan Naskah Cirebon Abad ke-19

Naskah Mujarobat ini berisi beragam amalan yang berkaitan dengan dunia keislaman, namun masih kental dengan tradisi lokal. Di dalamnya terdapat bab waruga lemah yang berhubungan dengan pertanian, mantra-mantra seperti jangjhwokan dan jampe-jampe untuk memelihara padi yang bernafaskan doa-doa Islam bercampur bahasa daerah, doa selamatan mubur sura, serta patarekan (hal yang berkaitan dengan masalah tarekat). Selain itu, dikemukakan pula silsilah yang bertalian dengan para tokoh penguasa Galuh yang akhirnya memeluk agama Islam. Naskah yang ditulis pada abad ke-19 di Cirebon ini menggunakan bahasa Jawa, Sunda, dan Arab dalam aksara Pegon. Manuskrip ini terdiri dari 29 halaman yang ditulis pada dluwang (kertas tradisional) dengan tinta hitam, meskipun sebagian tulisan sudah mulai kusam. Saat ini, naskah ini disimpan di EFEO Bandung, berasal dari koleksi Ibu H. Isom dari Kp. Najeng, Desa Cidadap, Kecamatan Sagaranten, Kab. Sukabumi. Sayangnya, bagian akhir teks ini tampaknya hilang.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Menelusuri Akar: Silsilah Luhur Sumedang dalam Untaian Sejarah

Jejak leluhur Sumedang melalui diagram silsilah yang mengungkap hubungan antara Galuh, Pakuan Pajajaran, hingga kerajaan-kerajaan besar seperti Singhasari dan Majapahit. Manuskrip ini membuka tabir sejarah dan koneksi wilayah Priangan, Cirebon, Banten, dan lainnya. Sebuah warisan berharga yang menyimpan kisah masa lalu.

Riwayat Raden Kuncung: Kisah Wali Cirebon dalam Manuskrip Pegon

Temukan kisah Raden Kuncung, wali kesembilan keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon, dalam manuskrip kuno berbahasa Jawa beraksara Pegon. Naskah ini mengungkap perjalanan spiritual Raden Kuncung dari Pangeran Pamerat hingga menjadi Kanjeung Gusti Ratu Rahman, serta misinya mengislamkan Pajajaran. Simak narasi lengkapnya di sini!

Abunawas: Kisah Jenaka dari Banjaran Bandung dalam Wawacan Sunda

Telusuri kisah jenaka Abunawas, tokoh cerdik yang menghiasi istana Bagdad dalam manuskrip Sunda abad ke-19. Wawacan ini, ditulis dalam aksara Pegon dan Latin, menceritakan petualangan unik Abunawas, dari menjadi pejabat penting hingga menipu raja. Sebuah adaptasi menarik dari cerita Parsi yang diwarnai dengan nuansa siar Islam.

Wawacan Pua-pua Bernama Sakti: Kisah Peralihan Hindu ke Islam

Telusuri kisah peralihan keyakinan dalam Wawacan Pua-pua Bernama Sakti, sebuah naskah Sunda beraksara Pegon yang memikat. Naskah ini menggambarkan suasana peralihan antara tradisi Hindu ke Islam. Pusat cerita pada tokoh Bermana Alam sebagai titisan Dewa Brahma yang kemudian memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Bermana Sakti.

Senandung Salawat Nabi: Pupujian dari Pangalengan

Temukan keindahan pupujian, syair pujian dan doa berbahasa Arab, yang terpelihara dalam manuskrip dari Pangalengan, Bandung. Naskah ringkas ini, bagian dari koleksi EFEO Bandung, menyimpan lantunan salawat Nabi yang menyejukkan hati. Meskipun penulisnya tak diketahui, warisan spiritualnya tetap hidup.

Kisah Sayid Saman: Wawacan Penuh Hikmah dari Ciwidey

Telusuri kisah epik Sayid Saman dan Sayid Ira dalam manuskrip kuno berbahasa Sunda aksara Pegon. Wawacan ini mengisahkan perjalanan penuh liku dua putra raja yang terkena tenung, pengembaraan mencari jati diri, hingga perebutan tahta yang penuh intrik. Naskah ini menawarkan wawasan budaya dan sastra Sunda masa lampau.

Menjelajahi Kumpulan Carita Suluk: Wawacan Keislaman dari Bandung

Naskah kuno 'Kumpulan Carita Suluk' menyimpan khazanah sastra Sunda dalam aksara Pegon. Berbentuk puisi wawacan, naskah ini berisi tiga teks berbeda yang menyajikan kisah suluk keislaman secara simbolik. Mari selami lebih dalam isi dan detail menarik dari manuskrip ini.

Suluk Gandasari: Kisah Persaudaraan dalam Mencari Hakikat Keislaman

Telusuri warisan sastra Sunda melalui manuskrip Suluk Gandasari, sebuah karya puisi wawacan yang ditulis dalam aksara Pegon. Naskah ini mengupas tuntas ajaran agama Islam melalui dialog antara dua saudara, Ki Ganda dan Ki Sari. Mereka berbagi pengalaman dalam memahami dzat, sifat, asma, iman, dan tauhid, menggunakan alam sekitar sebagai simbol.