Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Hasaling Bodo Sabar

Hasaling Bodo Sabar: Kisah Puisi dari Cirebon Tahun 1902

Manuskrip "Hasaling Bodo Sabar" adalah sebuah karya puisi wawacan berbahasa Jawa Cirebon yang ditulis menggunakan aksara Cacarakan. Naskah setebal 164 halaman ini, yang ditulis di atas kertas Eropa dengan cap kertas "L” DE More" ini, menyimpan kisah yang disusun dengan metrum khusus untuk memudahkan pembacaan. Kondisi fisik naskah menunjukkan usianya, dengan kertas yang agak kusam dan beberapa halaman robek karena gigitan ngengat, serta penjilidan yang kendor. Diketahui bahwa naskah ini digagas oleh Sultan Jenidin Kasepuhan di Cirebon pada tahun 1902, dan disalin oleh Sri Narapati, juga di Cirebon pada tahun yang sama. Naskah ini berasal dari Keraton Kasepuhan Cirebon, tempat ia juga disimpan. Terdapat catatan penting pada map pelindung naskah yang menyebutkan "dukhawit sinerat wahosan kinanti 22 Sawal 1319 Dai Saptu Pon 1 Pebruari 1902" serta nama "Srih Narapati", yang kemungkinan berkaitan dengan waktu penulisan dan identitas penulisnya.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Umarmaya: Kisah Perselisihan Heroik dalam Wawacan Sunda

Manuskrip Umarmaya adalah sebuah karya sastra Sunda berbentuk wawacan yang ditulis dalam aksara Pegon. Naskah ini menyimpan kisah perselisihan antara Amir Hamzah dan Umarmaya, dua tokoh penting dalam siklus Amir Hamzah. Kisah ini diperkirakan sebagai saduran dari Syah Name (Iran Kuno), memberikan warna budaya yang kaya pada khazanah sastra Sunda.

Wawacan Bandung Sari: Kisah Cinta dan Perjuangan dari Bojongnagara

Telusuri kisah epik Wawacan Bandung Sari, sebuah karya sastra Sunda berbentuk puisi wawacan yang mengisahkan tentang cinta, keberanian, dan peperangan. Naskah ini menceritakan Raja Bojongnagara bernama Bandungsari dan putrinya, Siti Bandungsari, yang terlibat dalam konflik asmara dan peperangan melawan kerajaan lain. Mari selami lebih dalam detail dan makna yang terkandung dalam manuskrip ini.

Menelusuri Sajarah Karawang: Kisah Para Leluhur dalam Genggaman Naskah

Naskah Sajarah Karawang membawa kita pada perjalanan sejarah para leluhur yang pernah berkuasa di Karawang. Ditulis dalam bahasa Sunda dan aksara Latin, naskah ini menyimpan silsilah dan catatan penting mengenai tokoh-tokoh seperti Dalem Panatayuda hingga Dalem Aria Gandanagara. Mari selami lebih dalam isi dan detail metadata dari naskah kuno ini.

Untaian Doa: Pupujian Abad ke-19 dari Bandung

Temukan keindahan dan kekayaan spiritualitas dalam manuskrip Pupujian (Doa) abad ke-19. Naskah ini berisi kumpulan doa-doa yang biasa dilantunkan dalam shalat fardu maupun sunat. Mari kita selami lebih dalam isi dan rincian menarik dari manuskrip ini.

Sumpena: Kisah Pangeran Kembar dan Perebutan Tahta Yogyapala

Wawacan Sumpena, sebuah manuskrip puisi berbahasa Sunda beraksara Pegon, mengisahkan drama kehidupan yang penuh intrik dan perjuangan. Manuskrip ini menceritakan kisah Sumpena dan Kanagan, putra kembar Arya Dulkarnaen, dalam merebut kembali tahta kerajaan Yogyapala yang dirampas. Dengan bantuan Pendeta Guritsagara, mereka menghadapi berbagai rintangan hingga akhirnya berhasil memulihkan hak waris mereka.

Menelusuri Ringkasan Sejarah Talaga: Warisan Budaya Majalengka

Naskah "Ringkasan Sejarah Talaga" adalah sebuah catatan penting dalam melestarikan warisan budaya Talaga, Majalengka. Ditulis dalam bahasa Sunda menggunakan aksara Latin, naskah ini merangkum peristiwa-peristiwa penting dari masa lalu Talaga. Mari kita selami lebih dalam isi dan detail naskah ini.

Menjelajahi Ajaran Islam dan Silsilah dalam Manuskrip Kuningan Abad 19-20

Temukan warisan intelektual Islam yang kaya dalam manuskrip kuno dari Kuningan. Naskah ini memuat beragam ajaran, mulai dari fikih hingga silsilah penting. Mari selami lebih dalam isi dan detail fisik manuskrip yang berharga ini.

Kumpulan Doa dan Mantra: Memohon Restu Nyi Pohaci untuk Kesuburan Padi

Manuskrip kuno ini mengungkap praktik spiritual masyarakat Sunda abad ke-19 dalam memelihara padi. Berisi doa-doa dan mantra yang ditujukan kepada Nyi Pohaci, dewi padi, agar tanaman terhindar dari hama dan memberikan hasil panen melimpah. Sebuah warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal.