Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Dwipantara

Menjelajahi Pustaka Dwipantara: Warisan Naskah Cirebon yang Memukau

Pustaka Dwipantara, yang tersimpan di Museum Negeri Jawa Barat “Sri Baduga” Bandung, adalah naskah prosa berbahasa Jawa Cirebon yang ditulis menggunakan aksara Cacarakan. Manuskrip ini terdiri dari 140 halaman yang terbuat dari dluwang, dengan ukuran sampul dan halaman sekitar 35 x 27 cm. Naskah ini merupakan jilid ke-5 dari 10 seri Pustaka Dwipantara dan ditulis oleh Pangeran Wangsakerta beserta Sultan-Sultan Cirebon, di Cirebon pada tahun 1675. Naskah ini menceritakan sejarah raja-raja Wilwatika, dimulai dari Wijaya (Kretarajasa Jayawardana) hingga runtuhnya kerajaan tersebut, serta berdirinya Kesultanan Demak di bawah Raden Patah dan penerusnya. Penomoran halaman menggunakan angka Cacarakan, meskipun terdapat ketidakurutan pada beberapa bagian. Kondisi fisik naskah secara umum baik, meski kertasnya kusam dan penjilidannya ketat. Terdapat catatan tambahan mengenai perolehan kembali naskah ini dari Jawa Timur.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Kisah-Kisah Wawacan: Ogin, Jaka Surti, Kean Santang, dan Ahmad Muhamad dalam Manuskrip Sunda

Telusuri kekayaan sastra Sunda melalui manuskrip "Kumpulan Wawacan" yang memuat empat cerita epik dalam bentuk puisi wawacan. Naskah ini menghadirkan kisah-kisah Ogin Amarsakti, Jaka Surti, Kean Santang, dan Ahmad Muhamad, yang ditulis dalam aksara Pegon. Manuskrip ini menawarkan wawasan mendalam tentang budaya, nilai-nilai, dan sejarah masyarakat Sunda.

Suluk Gandasari: Kisah Mistis dari Banjaran Bandung

Telusuri ajaran tasawuf yang tersembunyi dalam Suluk Gandasari. Manuskrip berbahasa Sunda ini mengisahkan perjalanan spiritual Ki Ganda dan Ki Sari dalam memahami dua kalimat syahadat. Simbolisme mendalam dan kearifan lokal Banjaran Bandung menanti untuk diungkap.

Menjelajahi Kitab Fiqih: Tuntunan Shalat dan Mantra dari Abad ke-19

Temukan pesona Kitab Fiqih, sebuah manuskrip kuno yang memadukan ajaran agama dengan praktik spiritual. Naskah ini menawarkan wawasan tentang tuntunan shalat, sifat-sifat Allah dan Rasul, serta mantra-mantra tradisional. Mari selami lebih dalam warisan budaya yang tersimpan di dalamnya.

Mengungkap Pustaka Dwipantara: Kisah Kerajaan Kuno dari Cirebon

Telusuri lembaran sejarah kuno melalui Pustaka Dwipantara, sebuah manuskrip berharga dari Cirebon yang tersimpan di Museum Negeri Jawa Barat "Sri Baduga" Bandung. Naskah ini adalah seri ke-6 dari sepuluh seri Pustaka Dwipantara, mengungkap kisah Sri Maharani Simha dan warisan kerajaannya di Bhumi Medang Mataram. Temukan intrik perselisihan antara Kediri dan Singhasari, serta catatan waktu penyelesaian naskah yang menakjubkan.

Jayalalana: Kisah Pengembaraan Sang Pangeran Cacat dari Sempala

Terhimpit takdir cacat sejak lahir akibat ulah setan jahil, Raden Jayalalana, putra Raja Sempala, harus menanggung pilunya pengasingan. Namun, di balik nestapa itu, tersembunyi kekuatan luar biasa yang akan membawanya pada petualangan mendamaikan negeri-negeri dan menemukan cinta sejatinya.

Primbon: Ramalan, Jimat, dan Doa dari Pasar Loak Bandung

Temukan Primbon kuno yang sarat dengan ramalan nasib, jimat, doa-doa, dan mantra. Naskah ini menawarkan wawasan unik ke dalam kepercayaan dan praktik spiritual masyarakat Sunda, Jawa, dan Melayu pada akhir abad ke-19. Didapatkan dari pasar loak Suniaraja, Bandung, Primbon ini menyimpan cerita dan kearifan masa lalu.

Mujarobat: Ramalan, Mantra, dan Silsilah Raja Sunda dalam Naskah Kuno

Naskah Mujarobat, ditulis dalam bahasa Jawa dan Sunda menggunakan aksara Pegon, mengungkap kekayaan tradisi ramalan, mantra, dan sejarah. Tersimpan di EFEO Bandung, naskah ini menawarkan wawasan tentang kepercayaan dan pengetahuan masyarakat Sunda pada abad ke-19. Mari kita selami lebih dalam isi dan detail menarik dari manuskrip ini.

Jaka Bayawak: Kisah Putra Raja Majapahit yang Menjelma Buaya

Manuskrip ini mengisahkan tentang penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di Majapahit. Tokoh utamanya adalah seorang putra raja yang ditakdirkan berwujud buaya bernama Jaka Bayawak. Namun, di balik wujudnya, ia adalah seorang yang sakti dengan kemampuan menyamar.