Manuskrip ini menceritakan kisah Natakusumah, seorang pemuda dari keluarga miskin di negeri Solo Jepang, yang melalui berbagai petualangan dan rintangan akhirnya menjadi raja di Mesir dan mempersunting Puteri Eundeur Cahaya. Naskah yang berjudul Lalakon Natakusumah (dalam teks) atau Wawacan Suluk Natakusumah (luar teks) ini ditulis dalam bahasa Sunda dan aksara Pegon, berbentuk puisi wawacan setebal 259 halaman. Naskah ini terdiri dari 29 pupuh, dimulai dengan pupuh Asmarandana. Manuskrip ini dikarang oleh Astawidjaja pada tahun 1908 di Bandung. Naskah ini berasal dari Bapak Kundi dari Kp. Cimance, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung dan saat ini disimpan di EFEO Bandung. Kondisi fisik naskah menunjukkan kertas yang kusam dan kehitam-hitaman karena fotokopi, serta penjilidan yang agak ketat.
Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.