Kabar Naskah

Menampilkan informasi manuskrip di Jawa Barat.

Suryakanta

Wawacan Suryakanta: Kisah Pilu Putra Raja Suryaningrat yang Diculik Jin

Manuskrip ini adalah bagian keempat dari seri Wawacan Suryakanta, sebuah puisi tradisional Sunda yang ditulis dalam aksara Pegon. Naskah setebal 213 halaman ini menceritakan tentang hilangnya Suryakanta, putra Raja Suryaningrat, yang diculik oleh jin. Peristiwa ini memicu perselisihan antara Ningrum dan Jembawati, kedua istri raja, hingga Ningrum dituduh membunuh Suryakanta. Manuskrip ini ditulis di atas kertas dengan tinta hitam dan diperkirakan berasal dari abad ke-20, disalin di sekitar Ciwidey, Bandung. Naskah ini sebelumnya dimiliki oleh Bapak Uwas bin Ayin dari Kp. Gambung, Désa Pasirjambu, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung. Saat ini, naskah tersebut disimpan di EFEO Bandung. Kondisi fisik naskah menunjukkan tanda-tanda usia, seperti warna kertas yang kecoklatan, bercak-bercak hitam, dan beberapa lembar yang hilang. Terdapat catatan nama pemilik naskah, yaitu J. Wahid Suhandi.

Sumber: Ekadjati, Edi S. dan Darsa, Undang A. (1999). Jawa Barat, Koléksi Lima Lembaga: Katalog Induk Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manuskrip Lainnya


Mengungkap Pustaka Dwipantara: Jejak Sejarah Cirebon di Museum Sri Baduga

Telusuri warisan intelektual Cirebon melalui Pustaka Dwipantara, sebuah manuskrip kuno yang tersimpan di Museum Negeri Jawa Barat "Sri Baduga". Naskah ini menawarkan wawasan tentang sejarah, budaya, dan agama di Nusantara pada abad ke-17. Simak narasi lengkapnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang isi dan asal-usul naskah berharga ini.

Menelusuri Jejak Kerajaan Nusantara dalam Pustaka Rajya-Rajya

Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara adalah manuskrip kuno yang menyimpan riwayat kerajaan-kerajaan di Nusantara. Naskah ini ditulis dalam bahasa Jawa Cirebon menggunakan aksara Cacarakan. Mari kita selami lebih dalam metadata dan kisah di balik manuskrip bersejarah ini.

WAWACAN Suluk Islam: Untaian Ajaran Tarekat Satariyah dalam Pupuh Sunda

Telusuri ajaran Islam yang mendalam melalui Wawacan Suluk Islam, sebuah manuskrip Sunda yang memikat. Ditulis dalam bentuk puisi wawacan, naskah ini membawa kita ke dalam suasana Kerajaan Sunda-Galuh, sembari menyajikan konsep tauhid berdasarkan Tarekat Satariyah. Temukan kearifan lokal dan spiritualitas dalam setiap pupuh yang terangkai indah.

Suluk Waruga Alam: Kisah Tasawuf dari Bandung Abad ke-19

Temukan kebijaksanaan tasawuf dalam Suluk Waruga Alam, sebuah manuskrip Sunda abad ke-19 dari Bandung. Naskah ini, ditulis dalam aksara Pegon, memuat ajaran mendalam tentang eksistensi Tuhan dan asal-usul manusia. Mari selami dialog antara Kyai Sawang dan tokoh lainnya dalam mengungkap rahasia keislaman.

Anbiya: Kisah 25 Nabi dalam Wawacan Sunda

Telusuri kisah 25 Nabi dalam manuskrip Anbiya, sebuah karya sastra Sunda berbentuk wawacan yang ditulis dalam aksara Pegon. Manuskrip ini menceritakan riwayat para Nabi sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Mari selami lebih dalam detail fisik dan latar belakang sejarah naskah kuno ini.

Menjelajahi Masa Lalu Banten: Carita-carita Jaman Baheula

Manuskrip "Carita-carita Jaman Baheula (Dongéng-Dongéng Banten)" adalah jendela ke sejarah Banten. Berasal dari koleksi C.M. Pleyte, naskah ini mengungkap periodisasi sultan-sultan Banten dari tahun 1447 hingga 1816. Temukan kisah penaklukan Jawa Barat oleh Maulana Hasanuddin hingga catatan tentang berbagai wilayah penting di Banten.

Primbon Pertanian: Doa dan Mantra Sri Sadana dari Bandung Abad ke-19

Temukan pesona Primbon Sunda abad ke-19 yang mengungkap kearifan lokal dalam pertanian padi. Naskah ini, ditulis dalam aksara Pegon, memadukan doa, mantra, dan perhitungan naktu hari sebagai pedoman bercocok tanam. Jejak sejarahnya membawa kita ke Bandung, tempat naskah ini dilestarikan.

Wawacan Carbon: Kisah Sunan Jati dan Ramalan Masa Depan dari Cirebon

Temukan ringkasan Babad Cirebon dalam naskah Wawacan Carbon, yang mengisahkan Sunan Jati dan keturunannya. Naskah ini memuat amanat-amanat berharga dari Sunan Jati tentang ramalan masa depan demi kemakmuran negara. Ditulis oleh Ki Demang Pamayahan pada tahun 1805 di Mertasinga, Cirebon, naskah ini menyimpan nilai sejarah dan budaya yang kaya.