Filolog

Profil Filolog dan Tokoh Manuskrip

Aca (Atja): Pelopor Kajian Naskah Sunda Kuna dan Sejarah Sunda

Drs. Atja, filolog Sunda. (Koran Galura nomor 2, Minggu I - Méi 1990 )

Lahir di Sumedang pada 12 Mei 1929 dan wafat di Jakarta pada 21 April 1991, Aca yang juga dikenal dengan nama Atja, mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan dan pelestarian budaya Sunda. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di Jakarta pada tahun 1951, ia melanjutkan studi di Fakultas Sastra UI sembari mengajar di berbagai sekolah.

Pada tahun 1959, Aca meraih gelar Sarjana Muda dengan skripsi tentang Tambera karya Utuy T. Sontani. Kemudian, pada tahun 1962, ia menyelesaikan Sarjana lengkapnya dengan mengkaji naskah Nur Muhammad. Di tahun yang sama, Aca mulai bekerja di Museum Pusat (kemudian Museum Nasional) sebagai Kepala Bagian Naskah.

Pada tahun 1967, Aca pindah ke Bandung dan menjadi dosen di FKSS IKIP Bandung, mengajar bahasa Sanskerta dan sosiologi. Karirnya terus berkembang hingga ia menjadi dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda FS Unpad pada tahun 1983. Setahun kemudian, saat Museum Jawa Barat Sri Baduga didirikan, Aca diangkat menjadi Kepala Museum hingga masa pensiunnya.

Salah satu momen penting dalam karir Aca adalah ketika ia menjabat sebagai Kepala Museum Sri Baduga. Saat itu, ia menemukan naskah-naskah yang kemudian dikenal sebagai Naskah (Pangéran) Wangsakerta. Naskah ini memicu kontroversi karena beberapa ahli meragukan keasliannya tanpa melakukan penelitian mendalam.

Bersama Saléh Danasasmita, Ayatrohaédi, dan Édi S. Ékajati, Aca tetap gigih meneliti naskah-naskah tersebut, mengabaikan kritik dan cemoohan. Sebelum penemuan Naskah Wangsakerta, Aca fokus pada naskah-naskah beraksara Sunda Kuna yang sebelumnya dianggap sulit oleh para ahli seperti Pleyte dan Purbacaraka. Dengan ketekunannya, Aca berhasil membaca, memperbaiki, dan menerjemahkan naskah-naskah penting seperti Carita Parahiyangan, Siksa Kanda ng Karesyan, dan Ratu Pakuan. Karya-karyanya yang telah dipublikasikan antara lain Syéh Abdul Muhyi, Wali nu Sumaré di Pamijahan, Carita Parahiangan, Carita Ratu Pakuan, Kitab Waruga Jagat, Carita Purwaka Caruban Nagari, Sajarah Sumedang (bersama Didi Suryadi), Amanat dari Galunggung (bersama Saléh Danasasmita), Sanghyang Siksa Kanda ng Karesyan, Nagarakretabhumi 1.5 (bersama Ayatrohaédi), dan Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara 1.1. (bersama Édi S. Ékajati). Aca juga aktif sebagai anggota Tim Peneliti Naskah Sunda yang diketuai oleh Édi S. Ékajati.

Sumber tulisan: Ajip Rosidi (2000). Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya (Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi). Jakarta: Pustaka Jaya dan Yayasan Kebudayaan Rancage.

Informasi Lainnya


Édi S. Ékajati: Gurubesar dan Filolog yang Mengabdikan Hidup untuk Budaya Sunda

Édi S. Ékajati adalah seorang akademisi dan peneliti yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Sunda. Karya-karyanya mencakup berbagai buku, penelitian, serta kontribusi penting dalam pengembangan studi Sunda di Indonesia.

Undang Ahmad Darsa: Pelestari Kearifan Lokal melalui Filologi Sunda

Undang Ahmad Darsa adalah filolog yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti dan melestarikan naskah-naskah Sunda kuno. Karyanya mencakup transkripsi, terjemahan, dan digitalisasi naskah, serta upaya mengangkat nilai-nilai local genius dalam budaya Sunda.

Workshop Pembuatan Kertas Daluang

Daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara. Terutama pada masa Pra-Islam. Pada zaman dulu, daluang merupakan bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan. Dalam masyarakat Sunda, daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon saeh.

Yayasan Rumah Naskah Nusantara mengadakan Kegiatan “Ngaguar Naskah” (Bedah Naskah)

Kegiatan bedah naskah ini merupakan salah satu upaya penyebarluasan informasi, pengkajian, pemeliharaan serta pelestarian naskah kuno. Dengan kegiatan ini, diharapkan seluruh informasi, baik berupa ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam naskah kuno dapat ditransformasikan dengan baik kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Program-program Rumah Naskah Nusantara

Program-program Rumah Naskah mencerminkan upaya-upaya pemajuan segala aspek yang terkait dengan pernaskahan Nusantara, baik dari sisi akademis, preservasi naskah sebagai benda budaya, maupun memastikan masyarakat pemilik kebudayaan naskah semakin sadar akan pentingnya warisan leluhur ini.

Penyelamatan Manuskrip di Rumah Naskah Nusantara

Masyarakat Nusantara memiliki arsip-arsip penting, di antaranya arsip/dokumen yang berbentuk naskah kuno. Saat ini, naskah kuno banyak yang tersebar di perpustakaan di dalam dan luar negeri atau menjadi koleksi personal yang belum terhubung satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, arsip-arsip tersebut banyak yang rusak bahkan hilang.